Reog Obyok
Pertunjukan Reog memang selalu menyita perhatian orang-orang karena
tariannya yang sangat amat lincah. Ditambah lagi dengan penampilan Warok
atau topeng yang besar, menjadikan ikon dari penampilan Reog tersebut.
Dalam pementasannya, Reog Obyok justru
dilakukan di jalan. Musik pengiring dalam pementasan Reog ini lebih
bebas. Banyak mengadopsi lagu daerah bahkan dalam prakteknya, juga
dicampur dengan musik dangdut dan alunan alat musik tradisional khas
Reog. Dari iringan musik ini pula, banyak orang yang menganggap asal
mulanya nama Reog Obyok. Istilah Obyok berasal dari kata “byok-byok” sebuah istilah khas Ponorogo yang diucapkan berulang kali, sehingga menimbulkan arti kacau, “pecah”, atau meriah seperti yang terjadi pada Reog Obyok.
Perbedaan utama dari Reog Tradisional
dengan Reog Obyok adalah, selain terletak pada frekuensi pagelarannya,
dan dari perubahan formasi pemainnya. Iringan music, dan tempat
pertunjukan juga membedakan dari Reog Trasdisional dan Reog Obyok. Pada
Reog Tradisional terdiri dari formasi yang lengkap (Jathil, Bujang Ganong, Warok, Dadak Merak, dan Klono Sewandono), lain halnya dengan Reog Obyok. Dan pada Reog Obyok, formasi hanya terdiri dari Jathil, Dadak Merak, dan Bujang Ganong.
Dengan formasi lebih sederhana ini, diharapkan para seniman Reog dapat
lebih banyak mendapat tanggapan pentas dari orang yang mempunyai acara
seperti, pernikaham, khitanan, syukuran, dan yang lainnya.
Dibawah ini merupakan sedikit penjelasan tentang Jathil, Bujang Ganong, dan Dadak Merak
1. Jathil
Para penari jathil pada Reog Tradisional, biasanya dimainkan oleh kaum
pria dengan memainkan adegan loncat-loncat dengan kuda kepang,
perang-perangan, sampai aksi heroic, tetapi berbeda halnya
dengan Reog Obyok. Biasanya penari jathil dimainkan oleh para gadis
dengan gerakan lemah gemulai tanpa membawa kuda kepang dan mereka akan
menari sesuai dengan music yang dimainkan. Contohnya, music jaipongan,
mereka akan memainkan gerak tari jaipong. Hal tersebut yang menjadikan
daya tarik tersendiri dari Reog Obyok.
2. Ganongan
Peran bujang ganong dalam Reog Obyok, biasanya dimainkan oleh anak-anak
dan tidak selalu ada dalam setiap pagelaran. Peran Bujang Ganong pada
pementasan Reog Tradisonal adalah seorang Patih dari Prabu Klono Sewandono yang dipercaya untuk melamr Dewi Songgolangit ke Kediri. Ada juga yang menceritakan bahwa perannya sebagai kritikus bagi Raja Bre Kertabumi
saat memimpin kerajaan yang jenaka, dan lebih banyak menampilkan tarian
khas bujang ganong yang menghibur penonton khususnya anak-anak.
3. Dadak Merak
Dadak Merak atau Barongan merupakan ikon utama Reog. Sehingga, menurut
para seniman Reog, peran Dadak Merak harus tetap dipentaskan dalam Reog
Obyok. Jika selama ini kita tahu, bahwa dadak merak adalah sebuah simbol
yang berisi kritikan bagi Raja Bre Kertabumi yang gaya
kepemimpinannya didikte oleh Permaisurinya, serta versi lain
menyebutkan bahwa barongan merupakan dua binatang yang satu tubuh
(harimau dan burung merak) sebagai persyaratan Dewi Songgolangit untuk menerima lamaran dari Prabu Klono Sewandono.
Namun, pada Reog Obyok peran Dadak Merak adalah sebagai simbol
kekuatan. Hal ini mengingat para pembarong yang memainkan bagian ini,
memerlukan latihan rutin agar dapat memainkan dadak merak dengan cara
menggigit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar