Kamis, 06 September 2018

Kirab Pusaka

Kirab Pusaka

    Ada awal dan ada akhirnya, inilah agenda tahunan Kabupaten Ponorogo di bulan Muharram (Suro). Jika di awal Suro diadakannya kirab pusaka dari kota lama menuju kota baru, perayaan Suro di Kabupaten Ponorogo berakhir ditandai dengan acara Tutup Grebeg Suro Ponorogo yang dipusatkan di Lapngan Bantarangin, Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo. Dalam acara ini digelar kirab pusaka dan pawai budaya.

   Acara yang juga disebut Tutup Grebeg Suro Bantarangin ini, diawali dengan rekonstruksi keberangkatan PrabuKelonoSiswoHandono atau KelonoSewandono menuju Kediri untuk melamar Putri Kerajaan Kediri, Putri Songgolangit. Raja Kerajaan Wengker Kedua ini, dihadirkan lengkap dengan pasukan putrid pemanah, ksatria tombak serta pasukan berkuda yang dipimpin Patih tercintanya, PujanggaAnom atau lebih dikenal sebagai BujangGanong. Kegiatan ini digelar sebagai upaya pelestarian budaya. Juga untuk mengingatkan kembali warga Kabupaten Ponorogo tentang asal tari, yakni: tari Reyog Ponorogo yang sudah terkenal di seluruh dunia. Dari sinilah, Kerajaan Wengker Kedua yang dipimpin oleh PrabuKlanaSewandono.

   Dalam kirab pusaka tersebut, ada tiga replica pusaka yang di bawa berkeliling daerah sekitar Kecamatan Kauman. Yaitu: Ageman Probo Swoso, Topeng Kencono, dan Cemeti Samandiman. Pusaka yang terakhir adalah senjata andalan PrabuKelonoSiswoHandono untuk melawan hewan buas dan musuhnya, seperti yang tertuang dalam tari Reyog Ponorogo.

   Kirab sendiri juga menandai keberadaan Pemerintahan Kabupaten Ponorogo yang sempat dua kali boyong. Perpindahan pertama, dari sebelah timur atau Kutho Wetan ke Kutho Tengah, yang sekarang menjadi alun-alun. Sedangkan perpindahan kedua, adalah dari Kutho Tengah ke Kutho Kulon, atau daerah Sumoroto. Lokasi ini adalah hutan bernama Wengker, yang juga disebut BantarAngin.

   Dengan mengetahui sejarah yang menjadi cagar budaya, Pemerintah Kabupaten Ponorogo berharap warga bisa lebih mencitai daerahnya. Juga mencintai kebudayaan dan keseniannya. Tidak kurang dari 120 ekor kuda dikerahkan untuk mengangkut para tokoh replica prajurit, pembesar Kerajaan Wengker, serta Bupati dan wakilnya, jajaran Forpimda hingga para kepala dinas dan camat yang turut berkeliling dengan menggunakan dokar hias.

   Selain itu, warga juga turut berpartisipasi dalam pawai budaya ini. Kebanyakan adalah siswa, mulai Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA), dan lembaga keuangan seperti koperasi hingga pengelola toko di wilayah Kecamatan Kauman. Ribuan warga tampak antusias menyaksikan perhelatan ini. Mereka berjajar di sepanjang jalur yang dilewati meski sebelum kirab hujan deras mengguyur lokasi acara. Kirab yang dilaksanakan di bawah rinai gerimis, tidak hanya menghadirkan hiburan tapi juga sebagai pengingat sejarah kebesaran Kabupaten Ponorogo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar