Kamis, 06 September 2018

Larung Sesaji

Larung Sesaji

Larung sesaji dilakukan sore hari stelah acara kirab pusaka di pusat kota Ponorogo kami bergegas menuju telaga ngebel. Sesampai di pinggir telaga udara terasa dingin khas hawa pegunungan, tidak disangka banyak sekali pengunjung yg sudah memadati alun-2 kecamatan ngebel yang lokasinya berdekatan dengan dermaga ngebel. Pagi tadi menjelang malam 1 Suro, warga Ngebel mengadakan upacara ritual. Seekor kambing dengan bulu warna putih tidak putus melingkar bagian tengah tubuhnya atau yang disebut dengan kambing kedit telah disembelih.

Darah kambing yang ditampung di kain putih ini dihanyutkan ke muara telaga. Bagian kepala akan dilarung ke telaga malamnya bagian kaki kambing akan ditanam di empat tempat yg dianggap keramat.
Sementara itu seorang warga akan mengemban tugas penting. Ialah pembawa sesaji ke tengah telaga dalam ritual yang akan berlangsung nanti malam.Konon, tidak sembarang orang bisa membawa dan berenang menghayutkan sesaji ke tengah telaga.
Warga itu sendiri mengaku tidak punya ilmu penangkal apapun selain mahir berenang. Lelaki tiga anak ini sehari-harinya bekerja sebagai pengawas pengairan di Ngebel.
Bila ada orang yang tenggelam di Ngebel, biasanya beliau yang diminta mencari. Tak heran ia terus dipercaya sebagai pembawa larungan sesaji.
Disepanjang dermaga Telaga Ngebel, warga memasang ribuan dian terbuat dari botol bekas yg di isi minyak tanah diberi sumbu dari kain bekas sebagai penerangan disekitar telaga.

Kami sampai di aula kecamatan tempat larung akan dimulai. Sekitar 40 sesepuh Ngebel berkumpul. Mereka akan tirakatan. Dalam acara ini, sejenis matra Jawa kuno dibaca bersama-sama.
Tidak ada yang tahu pasti sejak kapan tradisi larung saji di Ngebel ini berlangsung.
Seusai tirakatan, saatnya menuju danau. Penerangan yang digunakan seadanya menambah aroma mistis di tempat ini. Apalagi udara sangat dingin. 
Tapi semua itu tidak menyurutkan langkah para sesepuh untuk mengelilingi danau menanam empat potongan kaki di tempat-tempat yg sudah ditentukan.
Di lanjut ribuan obor mulai dinyalakan dan berkumpul di lapangan Kecamatan berlanjut berjalan mengitari telaga.
Tradisi menyalakan obor saat malam 1 Suro ini sudah berlangsung lama. Menambah suasana mistis yang sudah terasa sejak pagi.
Ribuan muda mudi dan para tetua berjalan kaki membawa obor berjalan mengitari telaga, terlihat suasana yg sangat berbeda tampak di seputar telaga terlihat lekuk lekuk telaga tegambar dengan jelas dan begitu cantiknya. 

Setelah mengitari dan menanam syarat, upacara larung sesaji  dimulai. 
Pembawa obor yang tiba di dermaga turun di kanan kiri nya sebagai penerangan untuk petugas pembawa sesaji potongan kepala kambing yang sudah dimasak dijadikan sesaji, dihanyutkan ke tengah telaga dibawa petugas. 
Malam yang gelap membuat pandangan ke tengah telaga tidak begitu jelas. Semua yang hadir malam ini menanti kepulangan petugas pembawa.  
Padahal selain ada kisah angker yang membayangi, air di telaga sungguh amat dingin. 
Tepat setelah sesaji di larung terlihat kembang api bermunculan disekitar dermaga sebagai tanda pergantian tahun, tampak sorak sorai pengunjung terlihat begitu meriahnya.

 
  
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar